Kopi dan Hati




January 22, 2019
Katamu teori-teori tentang kopiku teramat rumit bagimu. Entah kau sedang berpura-pura tidak memahami, atau kau memang ingin memberi kesempatan aku untuk menjelaskannya lagi.
Tapi kau salah, ada satu hal lagi yang sebenarnya jauh lebih rumit dari itu, dari serangkaian teori-teori itu, yaitu rasaku.
Rasaku yang lebih rumit dari apa yang aku pikirkan, lebih dalam dari apa yang aku harapkan, lebih indah dari sekedar ekspektasiku. Tapi juga lebih mematikan dari hatiku yang dulu pernah patah dan dipatahkan.
Kau yang datang ditengah kemelut, jangan pergi meninggalkan kusut.
Tatkala ketidaksengajaan mempertemukan, kuharap berujung pada kesempatan.
Aku memilih untuk menyeduhkan secangkir kopi untukmu, lalu aku mulai  bercerita tentang makna dari rasanya, juga sedikit aku selipkan rasaku diantara teori kopiku. Diantara aroma dan derita, aku tawarkan secangkir rasa yang paling nikmat, dan makna yang berujung harap.
Diantara hiruk-pikuk malam di jalan-jalan kota, aku ajak kau menepi sambil mengopi, untuk sekedar berbagi, lalu saling bertukar makna hidup dan kehidupan bagi kita.
Selamat malam, secangkir cerita dengan rasa yang baru.
Jangan lupa seduh kopinya, tapi jangan campurkan dengan gula, karena lebih baik pahit saja yang kau rasakan, daripada rasa manis yang dibuat-buat.
Nikmati saja pahitnya, lalu tunggu sampai nikmatnya kau rasa, kadang pahit juga bisa dinikmati, seperti kopi.


Comments