Tuhan, Meski Ia Telah Menyakiti, Salahkah Kalau Hati Ini Masih Sangat Mencintainya? Haruskah Cinta Ini Menyiksa?
Tuhan, Meski Ia Telah Menyakiti, Salahkah Kalau Hati Ini Masih Sangat Mencintainya? Haruskah Cinta Ini Menyiksa?
Pertama kalinya kau menyakiti akuKau mampu berkata maaf saat penyesalan datang, kau mampu meneteskan airmata saat melihatku pilu terluka. Beribu alasan kau tuang dalam kepingan hatiku yang pecah berserakan. Selalu ada kesempatan kedua bagi dia yang terlanjur di cinta, sepelik apapun rasa ini tentu maaf akan selalu ada.
Walau proses menjadi seperti dahulu tak semudah yang kita bayangkan, namun semua berjalan selangkah demi selangkah. Kita memang tak terlepas dari perseteruan yang ada, kala diri ini menjadi tak mudah percaya dari setiap alasan kemangkiranmu dalam janji-janji romantis kita.
Mungkin ini trauma???
uka duka kita lewati bersama, tentu bukan hal yang mudah menyatukan
isi dua kepala masusia yang lagi-lagi menuntut menjadi lebih dewasa. Kau
selalu berkata aku egois dengan kedekatan aku bersama teman pria yang
mungkin memberimu cemburu atau yang sebut sebagai ilfeel karena pria
lain mencoba membuatku tertawa. Kau sekeras itu, kau sebatu itu
menganggap semua adalah kesalahanku. Baiklah aku mengalah, hingga
menjauh dari sekitar adalah pilihan yang ku tempuh.Terasa aneh
saat aku memilih mengasingkan diri, tapi aku berpikir sejenak mungkin
ada baiknya. Berlandaskan cinta yang aku sebutkan, selalu hal positif
yang terpandang sejauh mata memandang dalam setiap keinginanmu. Mungkin
ini kekuatan cinta?
Tapi lagi-lagi kau yang membuat luka, saat pesan singkatmu tak sengaja terbaca dimana ucap-ucap manismu pada dia yang kau katakan sebatas teman. Ia perempuan yang kau kenal saat tugas kerja bersama. Hingga ku buka kembali runtutatan percakapanmu, ada kata cinta di dalam sana, ada kata rindu disana dan ada kata-kata yang menyisihkan aku disana.
Bagai ditelan ombak yang dalam, aku sulit untuk bernafas, tubuh ini rapuh hingga bibir ini kelu. Hanya tetes air mata yang berbicara bagaimana sakitnya 3 tahun percaya pada orang yang pernah mengkhianati, rupanya kau mampu menyakiti lebih kejam dari pada yang kubayangkan.
Pertikaian kata diantara kita tak terhindar, tak ada satu kata yang mampu masuk kembali ke kuping ini, aku menangis bukan karena lemah, tapi karena perih ini sedikit lagi membuatku mati. Kau melangkah pergi seusai mengucap maaf, aku hanya diam dalam lamunan.
Tapi di sela waktuku, saat ku tau kau sakit, masih ada rasa khawatir menyelimuti. Masih ada perhatian yang ku curhakan walau ternyata bersamamu hanya membuat kita semakin terluka, karena ada saja hal-hal yang tak terduga. Tuhan, salahkah aku mencintainya? Cinta ini menyiksa.
Hingga saat ini, jujur masih ada rindu yang bersemayam, namun ikhlas adalah pelajaran terdalam yang kini aku rajut satu demi satu. Dalam benakku kini tersimpan secercah doa untuknya, karena sesakit apapun ini, aku masih mencintainya. Maafkan aku Tuhan. Jagalah dia demi aku Ya Tuhan. Karena setulusnya cinta ini hanya doalah yang mampu diam-diam ku panjatkan untuknya dalam setiap sujud ini. sampaikan rindu dari cinta yang menyiksa ini Tuhan. Pahamilah ada perempuan yang kini belajar menjadi lebih kuat. Karena ku percaya, Jika Jodoh Maka Tuhan punya caraNya untuk menyatukan kembali ntah kapan, dimana dan bagaimana.
Inilah aku, perempuan yang masih memikirkanmu dalam ruang hampa.
Tapi lagi-lagi kau yang membuat luka, saat pesan singkatmu tak sengaja terbaca dimana ucap-ucap manismu pada dia yang kau katakan sebatas teman. Ia perempuan yang kau kenal saat tugas kerja bersama. Hingga ku buka kembali runtutatan percakapanmu, ada kata cinta di dalam sana, ada kata rindu disana dan ada kata-kata yang menyisihkan aku disana.
Bagai ditelan ombak yang dalam, aku sulit untuk bernafas, tubuh ini rapuh hingga bibir ini kelu. Hanya tetes air mata yang berbicara bagaimana sakitnya 3 tahun percaya pada orang yang pernah mengkhianati, rupanya kau mampu menyakiti lebih kejam dari pada yang kubayangkan.
Pertikaian kata diantara kita tak terhindar, tak ada satu kata yang mampu masuk kembali ke kuping ini, aku menangis bukan karena lemah, tapi karena perih ini sedikit lagi membuatku mati. Kau melangkah pergi seusai mengucap maaf, aku hanya diam dalam lamunan.
Tuhan, maafkan aku masih mencintainyaApa daya perih ini menyesakkan dada, walau sebenarnya maaf ini tersedia tentu selalu, namun aku tak bisa. Ada harga diri yang aku pertaruhkan. apa aku harus melulu hina dalam kesakitanku???
Cinta ini menyiksa.Hari-hari berlalu dan belajar ikhlas kian ku tekuni dalam waktu-waktu yang membisu. Langit yang sendu seolah paham hati ini meminta hujan basahi pemakanan matinya hati yang telah ku rawat dengan hati-hati paska luka dalam 3 tahun lalu, yang akhirnya terhujam dan langsung mati.
Tapi di sela waktuku, saat ku tau kau sakit, masih ada rasa khawatir menyelimuti. Masih ada perhatian yang ku curhakan walau ternyata bersamamu hanya membuat kita semakin terluka, karena ada saja hal-hal yang tak terduga. Tuhan, salahkah aku mencintainya? Cinta ini menyiksa.
Hingga saat ini, jujur masih ada rindu yang bersemayam, namun ikhlas adalah pelajaran terdalam yang kini aku rajut satu demi satu. Dalam benakku kini tersimpan secercah doa untuknya, karena sesakit apapun ini, aku masih mencintainya. Maafkan aku Tuhan. Jagalah dia demi aku Ya Tuhan. Karena setulusnya cinta ini hanya doalah yang mampu diam-diam ku panjatkan untuknya dalam setiap sujud ini. sampaikan rindu dari cinta yang menyiksa ini Tuhan. Pahamilah ada perempuan yang kini belajar menjadi lebih kuat. Karena ku percaya, Jika Jodoh Maka Tuhan punya caraNya untuk menyatukan kembali ntah kapan, dimana dan bagaimana.
Inilah aku, perempuan yang masih memikirkanmu dalam ruang hampa.
Comments
Post a Comment